Bidadari-Bidadari Surga yang Disegerakan

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kepada para wanita.” (HR. Al-Bukhari)

Wanita adalah sebuah maha karya Allah. Dibalik kelembutannya ada kekuatan yang dapat menggerakkan sebuah laju peradaban. Islam dengan segala kemuliaannya telah berhasil meletakkan dengan ideal posisi kaum wanita dalam gempita kehidupan. Dan fakta sejarah pun mengungkapnya dengan elok, bahwa di setiap keberhasilan orang-orang besar selalu ada wanita-wanita kuat di belakangnya. Tapi, tidak semua wanita berkenan menempati posisi-posisi itu. Dengan hadirnya racun-racun demokrasi, omong kosong HAM atau bualan feminisme, wanita telah kehilangan karakter-karakter dasar kemanusiaannya. Fungsi-fungsi wanita telah terdistorsi dari letak fitrahnya.

Namun, di tengah kerusakan pemahaman yang semakin kuat, ada sebagian wanita yang tetap menjunjung tinggi martabat mereka. Memelihara nilai-nilai kefitrahan mereka sebagai seorang hamba. Pengorbanan dan perjuangan telah menjadikan para wanita-wanita ini bak bidadari-bidadari surga yang Allah segerakan kehadirannya. Inilah wanita-wanita yang membuat resah para bidadari-bidadari Surga karena kemuliaannya. Menerbitkan cemburu di ufuk hati para bidadari Surga.

1.   Ibu: Oase Cinta Yang Takkan Kering

“Makan malamlah bersama Ibumu hingga ia senang.

 Hal itu lebih aku senangi daripada haji sunnah yang kamu kerjakan.”

Continue reading

Air

Air dalam berbagai bahasa adalah *de l’eau* (Perancis), *acqua* (Italia), * maji* (Swahili), *w**asser* (Jerman), *de agua* (Spanyol), *nước*(Vietnam), *cai* (Sunda), *banyu* (Jawa), *aia* (Padang), *lau* (Batak Karo), dan *bah*(Batak Simalungun). Semua bahasa pasti memiliki kosakata semakna dengan air. Semua bangsa pasti memiliki cara mengelola air. Tapi tidak akan pernah ada yang akan mampu memiliki air.

Kita harus selalu minum air bukan karena di tubuh ini tidak ada air. Sejatinya tubuh kita 65 persennya terdiri atas air. Tapi mengapa kita kehausan dan membutuhkan air setiap saat ? Itu semua karena kita tidak mampu memiliki atau mempertahankan air di tubuh kita sendiri. Seberapa kuat Anda mampu menahan buang air (besar atau kecil). Apakah Anda mampu menahan uap air yang keluar dari setiap desahan napas? Apakah Anda mampu tidak berkeringat? Ternyata, kita tidak membutuhkan air. Kita hanya membutuhkan kehadiran aliran air.

Angin baru terasa kalau dia bergerak, air memberi manfaat kalau ia mengalir.

Air mengalir di pohon untuk mengangkut zat hara. Air mengalir di sungai untuk memberi kehidupan di dalam dan di atas sungai. Air mengalir dalam tubuh untuk mendinginkan, melarutkan, atau sebagai media reaksi biokimia. Air mengalir melalui siklusnya untuk memberi kehidupan kolosal di muka bumi. Air tidak pernah ingin mengalir ke luar bumi ini karena dia memang hanya mengabdi untuk seisi bumi ini.

Air cenderung memberi dampak buruk jika diam atau tidak mengalir, baik secara kinetik, fisika, kimia, maupun siklusnya. Air yang diam di pohon akan membusukkan batangnya. Air yang diam di tubuh akan menyebabkan keracunan. Air yang diam di wadah akan menjadi sarang penyakit dan menyebabkan korosi. Hanya air (gunung es) di kutub utara dan selatan yang diamnya justru memberi manfaat besar bagi manusia. Continue reading

Tantangan Dakwah

Ahli tafsir ternama, Imam Ibnu Katsir memaknai ayat ini : “Wahai orang-orang yang beriman!  Bertakwalah kepada Allah!  Ini adalah perintah untuk bertakwa kepada-Nya, yang mencakup melakukan apapun yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apapun yang dilarang oleh Dia. Adapun perintah ‘Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok’ artinya adalah, ‘Hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab. Lihatlah amal-amal shalih apa yang telah kalian lakukan untuk menyongsong hari yang telah dijanjikan kepada kalian dan hari saat kalian kembali kepada Rabb kalian. Bertakwalah kepada Allah. Ini merupakan penegasan kedua untuk bertakwa.  ‘Sesungguhnya Allah Mahateliti atas apa yang kalian lakukan’ maknanya adalah, ‘Ketahuilah sesungguhnya Dia Mahatahu atas semua perbuatan kalian dan keadaan kalian.’  Tidak ada secuil pun yang tersembunyi bagi Allah.  Tidak ada urusan kalian yang tersembunyi dari Dia, baik perkara yang dilakukan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.” (Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, hlm. 548).

Salah satu pelajaran penting dari ayat itu adalah bahwa hidup di dunia ini mulai dari takwa, diselingi evaluasi (muhasabah) untuk semakin meneguhkan ketakwaan tersebut.

Selama tahun 2011 suara yang menyeru untuk kembali ke pangkuan syariah makin nyaring terdengar.  Kawasan Timur Tengah sepanjang tahun ini terus menerus diguncang revolusi.  Tunisia, Maroko, Libya, Yaman, Suriah dan Mesir berguncang.  Gejolak revolusi umat terus menggelora. Islam politik di kawasan itu mulai naik bahkan mendominasi media massa.  Terlepas dari apa yang dimaksud, pernyataan Perdana Menteri Tunisia, Hamadi Jebali, menarik disimak.  Hamadi menyampaikan, “Masa kini adalah momentum Ilahi pada sebuah negara baru dan mudah-mudahan merupakan Masa Kekhalifahan ke-6.”

Continue reading

Bakar Diri Sondang

Tidak ada yang tahu pasti kenapa Sondang Hutagalung bakar dirinya. Ada yang menduga itu aksi itu bentuk kekecewaan dirinya terhadap kondisi Indonesia yang carut marut. Sondang sudah kehilangan asa . Membakar diri bisa jadi dianggapnya merupakan bentuk perlawanan terhadap rezim korup yang ada. Seperti Bouazizi (26 tahun ) yang membakar diri di Tunisia, Sondang mungkin berharap sikapnya akan menumbangkan penguasa yang ada.

Islam jelas melarang aksi bunuh diri seperti ini. Bunuh diri adalah tindakan yang diharamkan oleh Islam. Tapi apa yang dilakukan Sondang , merupakan cerminan dari kemuakan dan keputusan asaan masyarakat . Lihatlah para elit politik yang sibuk bertikai merebut kekuasaan , dengan mentelantarkan tugas pokok mereka mensejahterakan rakyat. Kemiskinan terjadi di mana-mana. Memang puluhan orang kaya Indonesia bertambah. Tapi apalah artinya , jutaan orang Indonesia justru hidup miskin.

Kekayaan 40 orang kaya Indonesia ternyata sama dengan kekayaan 60 juta orang miskin. Kesenjangan yang luar biasa. Idiom demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, hanya omong konsong belaka. Mengutip pernyataan Joseph Stigliz , peraih hadiah nobel, yang sesungguhnya terjadi adalah “Of the 1%, by the 1%, for the 1%”. Ya, benar hukum sesungguhnya dibuat oleh segelintir oleh segelintir elit dan untuk keuntungan segelintir elit juga. Continue reading

Tujuh Dosa yang Membinasakan

Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah tujuh dosa yang akan membinasakan. Sahabat bertanya, ‘’Yaa Rasulullah, apakah dosa-dosa itu? Jawab Nabi SAW, ‘’Syirik mempersekutukan Allah Swt, melakukan sihir, membunuh jiwa manusia yang telah diharamkan Allah Swt kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari perang jihad, menuduh zina pada wanita mu’minat,’’ (HR Bukhari Muslim)

Dalam hadis di atas, Abu Hurairah menyebut tujuh dosa yang membinasakan. Dikatakan membinasakan karena dari dosa tersebut bukan hanya merusak keimanan diri sendiri, namun juga ada hak-hak muslim yang dirusak oleh si pembuat dosa. Dosa pertama yang tersebut dalam hadits di atas ialah dosa yang takkan terampuni, yakni syirik (mempersekutukan Allah).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang ia kehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisaa: 48) Continue reading